Minggu, 02 Desember 2018

komunikasi terapeutik pada pasien marah



P        Pengertian Komunikasi Teraupeutik
                  Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,        bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994).
 Fungsi Komunikasi Terapeutik
                        Menurut Vancarolis (1990) dalam Purwanto (1994) fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat-klien melalui hubungan perawat-klien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
Penyebab Marah
                               Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman  (Stuart Sundeen,1995). 
Ada beberapa penyebab dari kemarahan yaitu :
1)      Faktor Fisik
·         Kelelahan yang berlebihan
·         Adanya zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah, seperti kurangnya zat asamdi otak.
·         Hormon kelamin, seperti pada waktu menstruasi pada wanita
2)      Faktor psikis
 -  Rendah hati, menilai dirinya selalu merasa dirinya rendah dari yang sebenarnya.
Sombong, menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya.
-   Egoistis, akan selalu mementingkan diri sendiri

                           Menurut Nuh, Hamzah, Hawwa ( 1993) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan kemarahan yaitu :
1.      Lingkungan,
2.      Pertengkaran dan perdebatan
3.      Senda gurau dengan cara yang batil
4.      Memusuhi orang lain dengan segala cara
5.      Congkak dan sombong di muka bumi
6.      Lupa mengendalikan diri
7.      Orang lain tidak melaksanakan kewajibannya kepada sipemarah
8.       Penjelasan orang lain terhadap aibnya
9.      Mengingat permusuhan dan dendam lama
10.  Lalai terhadap akibat ditimbulkan oleh marah.
Ciri-ciri Marah
              

  1.       Aspek biologi,respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam bereaksi terhadap sekresi epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takidarki ( frekuensi denyut jantung meningkat ) wajah memerah, pupil membengkak, frekuensi pembuangan urin meningkat.
  2.       Aspek emosional, merasa tidak berdaya, putus asa, frustasi, ngamuk, ingin berkelahi, dendam, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Prilakunya selalu ingin menarik perhatian orang lain, membuat kegaduhan, kebakaran,melarikan diri, mencuri dan penyimpangan seksual.
  3.       Aspek intelektual, akan terus mencair penyebab kemarahannya
  4.       Aspek sosial, meliputi inter aksi sosial, budaya, konsep percaya dan ketergantungan, emosi marah akan menimbulkan kemarahan orang lain serta penolakan dari orang lain.
  5.       Aspek spiritual, keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan lingkungan dengan tidak mempedulikan moral

Cara Meredam Kemarahan Pasien
1)   Pasien dalam Keadaan Marah
                    Terkadang kita segera merasa benci kepada pasien yang marah-marah. Tetapi membenci pasien  berlawanan dengan segala sesuatu yang telah diajarkan kepada kita. Karena penyakitnya, pasien mempunyai perasaan hilang kendali, kewibawaan terganggu, dan takut. Kemarahannya adalah mekanisme untuk mengatasi perasaan takutnya.
Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Marah
1                               -    Didengarkan
2                    -  Dimengerti
3                               -   Dihormati 
                                   -   Diberi permintaan maaf
                                   -   Diberi penjelasan

       Ada tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat Berikut ini sikap dan cara meredam kemarahan pasien.
1)      Dengarkan.
      Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti permasalahannya, jangan lupa  bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan perasaan dan emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi selalu menutupi maksud pasien yang sesungguhnya.
·         Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien yang lelah, gelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter, dll.
·         Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien (telepon, tamu lain, dll).
·         Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita benar-benar mendengarkan mereka.
2)      Berusaha sependapat dengan pasien.
                  Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah satu taktik meredakan marahnya pasien, kita mencari point-point dalam pernyataan pasien yang  bisa kita setujui. Misalnya, “Ya Pak, saya sependapat bahwa tidak seharusnya pasien menunggu lama untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar perawatan kami memang sedang penuh, kami berjanji akan mencari jalan keluarnya dan melaporkannya pada Bapak sesegera mungkin.”
3)      Tetap tenang dan kuasai diri.
·         Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedang cemas, gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau keluarganya, sehingga sangat bisa dimengerti bahwa dalam kondisi seperti itu seseorang cenderung bertindak emosional.
·         Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara pasien yang cenderung tinggi dan cepat.

4)      Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
                  Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas masukannya, dan sebut pasien dengan namanya.

Terapi Marah
               Banyak terapi yang disuguhkan oleh para ahli psikologi yang berkenaan untuk menanggulangi kemarahan yang diantaranya dikemukakan oleh ahli psikosibernetika Maxwell maltz ( 1980 ) menyarankan tiga langkah untuk menceah kemarahan
1        Pandanglah cermin lihat wajah sendiri yang sedang marah dan eksperikan bagai mana kelihatanya.
2        Hilangkan energi yang meledak itu dalam suatu aktifitas
3        Menulisnya surat yang keji denga kata-kata kasar sebagaimana layaknya kita marah.
               Wayne Dyer ( 1977 ) mengemukakan sejumlah strategi untuk mengatasi kemarahan pada berbagai situasi yang mencakup 18 cara, yaitu;
1)      Selalu mengingatkan diri bahwa tidak perlu marah.
2)       Berusaha menunda kemarahan selama 15 detik 30 detik dan seterusnya
3)      Apabila sedang mengajari anak diperlukan kemarahan yang berpura-pura
4)      Tidak perlu marah terhadap yang tidak disukai
5)      Kita harus sadar bahwa orang lain berhak apa yang disukainya, dan kita tak perlu memarahinya
6)      Selalu meminta orang lain untuk selalu menasihati kita.
7)      Mempunyai buku catatan kemarahan.
8)      Mau mengumumkan bahwa anda telah  marah.
9)      Untuk menetrralisir dekatkanlah diri anda dengan yang dicintai
10)  Apabila setelah tenang bicarakan dengan orang yang anda marahi
11)  Gemboskan kemarahan anda pada detik pertama kemarahaan anda.
12)   Anda perlu ingat bahwa 50% orang tidak akan suka terhadap keputusan anda, jadi anda tidak perlu marah
13)  Mau menceritakan kemarahanya kepada orang lain
14)  Singkirkan pengharapan-pengaharapan kepada orang lain yang anda miliki
15)  Ingatkanlah diri anda bahwa anak-anak akan selalu aktif dan berisik jadi tidak perlu marah karena itu.
16)  Cintailah diri anda sendiri
17)  Dalam kemacetan lalulintas anda selalu mengecek seberapa lama anda tiidak marah.
18)   Daripada anda menjadi budak emosional lebih baik anda berpikir untuk membuatnya sebagai suatu tantangan untuk merubahnya.
Tehnik berkomunikasi terapeutik untuk mengatasi klien marah
Ruang konsultasi bisa jadi selalu penuh dengan emosi, khususnya dari pasien. Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter dan perawat terkadang perlu mengatasinya dengan komunikasi terapeutik. Berikut beberapa tips bagaimana Anda bisa menangani pasien atau      
1. Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam
2. Tunjukkan empati
3. Hati-hati dalam berbicara
            4. Jangan menghiraukan perasaan mereka
5. Hiburlah mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah NRBM

                                                                       MAKALAH NON REBRETHING MASK ( NRBM ) Dosen Pembimbing ...